The 1st Mangkunegaran Internasional Symposium adalah simposium internasional yang diinisiasi praja Mangkunegaran, berkolaborasi dengan Universiteit Leiden, Koninklijk Instituut voor Taal Land end Volkenkunde (KITLV), Linnaeus University, UIN Raden Mas Said Surakarta, dan Socio-legal Consulting (SLC).

 UIN Raden Mas Said Surakarta sangat berkepentingan dengan program yang terhormat ini, Simposium ini menjadi ajang bergengsi bagi Prodi Sejarah Peradaban Islam UIN Raden Mas Said Surakarta. Terdapat beberapa delegasi dosen dari dosen Sejarah Peradaban Islam dan dosen Sastra Inggris serta melibatkan mahasiswa dari UIN Raden Mas Said Surakarta. Para delegasi yang terpiolih turut berkontribusi dalam acara tersebut sebagai pimpinan diskusi Panel, dan sebagai panitia penyelenggara kegiatan tersebut.

Simposium internasional ini dilaksanakan pada 13-14 Juli 2023, di Pura Mangkunegaran secara offline dan online melalui via Zoom Meeting, siaran langsung Youtube, terbuka untuk umum, yang terdiri dari 6 panel sesi diskusi dan 1 sesi Workshop, 56 partisipan, 40 observer dari berbagai institusi diantaranya: BRIN, Universitas Gadjah Mada, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, Universitas Sebelas Maret, Broonbeek Museum, Universitas Sanata Dharma, Universitas Bina Nusantara dsb.

Beberapa pembicara utama turut mewarnai kemegahan acara yang berlangsung yang terdiri dari : Sambutan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro X, dan Keynote Speech dari Prof. Ben Arps dari Leiden Universiteit dan Prof. Syamsul Bakri dari UIN Raden Mas Said Surakarta. Sambutan hangatpun turut disampaikan Prof. Toto Suharto selaku Dekan Fakultas Adab dan Bahasa UIN Raden Mas Said Surakarta dalam acara pembukaan Gala Dinner di Pracima Tuin. Dalam pidatonya, ia menuturkan bahwa, keterlibatan UIN Raden Mas Said Surakarta dengan acara The 1st Mangkunegaran Internasional Symposium menjadi sangat penting oleh karena adanya sanad akademik sosok Raden Mas Said (Mangkoenagoro I) dengan penamaan kampus kami. Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Presiden No. 42 Tahun 2021, salah satu alasan kampus moderasi ini sejak proses awalnya menjadi UIN sudah memutuskan mengambil tokoh Raden Mas Said untuk menjadi nama kampus Islam ini, karena dalam Serat Babad Panambangan banyak bercerita tentang perjalanan Kadipaten Mangkunegaran, di mana Raden Mas Said di masa kecilnya menjalani proses hidup di Keraton Kartasura, tempat kampus ini berlokasi saat ini.

Lambert Grijns Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia turut menyampaikan pidato dan membersamai acara pada sesi makan malam simposium di pracima tuin bersama dengan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkoenagoro X beserta seluruh panitia kegiatan,dan seluruh partisipan simposium. Tarian Golek Montro yang dibawakan oleh penari-penari Langen Praja Pura Mangkunegaran turut mengiringi konferensi malam bersamaan dengan lantunan gending montro dan ladrang asmaradana.

Beberpa pembahas dan pembedah dalam acara Simposium antara lain: Prof. ben Arps, Dr. Alan Feinstein, Prof. Manneke Budiman, Maarten, Manse, Adrian Perkasa, dan Dr. Wayan Jarrah Sastrawan. Adapun terselenggaranya simposium ini bertujuan untuk mempelajari, memperluas, men-demistifikasi pemahaman tentang budaya Jawa, yang melampaui penekanan kekeramatan ritual-seremonial dalam masyarakat Jawa. Fokus tema yang diangkat dalam simposium ini adalah aspek kerajaan istana Jawa yang mendunia, dan orang-orang di dalamnya serta mengungkap berbagai sumbangsihnya dalam studi tentang pasar global dan interaksi politik, diplomasi antar budaya, dan kekuasaan kolonial.