Pengantar

Ketika berkunjung ke salah satu toko buku terlihat semakin semarak buku-buku ke-Islam-an terutama yang mengkaji integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan. Dari buku yang jumlah halamannya tipis sampai yang tebal. Dari penulis Indonesia sampai dengan penulis luar. Lengkap semua ada. Namun rata-rata kajiannya masih menginduk pada integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan dalam konteks al Qur’an. Belum banyak yang mengkaji dalam konteks Hadits ataupun konteks al Qur’an dan Hadits secara bersamaan. Hal ini perlu dipikirkan oleh cendekiawan muslim baik yang berlatar pendidikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) maupun non Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) baik secara bersama mengkajinya maupun secara sendiri-sendiri.

Kajian Integrasi Islam dan Ilmu

Banyak tokoh cendikiawan Muslim yang mengkaji tentang islamisasi ilmu, di antaranya bisa disebut adalah: Ismail Raji al-Faruqi, Syed Muhammad Naquib al-Attas, Fazlur Rahman, Ziauddin Sardar, M. Quraish Shihab, Kuntowijoyo, dan yang lainnya. Kesemuanya sudah mengupayakan wacana tentang Islamisasi sain yang berbeda perspektif.

M. Quraish Shihab (1992) membahas hubungan Alquran dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori-teori ilmiah. Tetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian Alquran dan sesuai pula dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak perlu melihat apakah di dalam Alquran terdapat ilmu matematika, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu komputer dll. Yang lebih utama menurut M. Quraish Shihab (1992) adalah melihat adakah jiwa ayat–ayatnya menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya. Serta adakah satu ayat Alquran yang bertentangan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan? Pernyataan berbeda tetapai hampir selaras disampaikan Kuntowijoyo (2005). Tokoh ini mengatakan bahwa Alquran sesungguhnya menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan sebagai cara berpikir. Cara berpikir inilah yang dinamakan paradigma Alquran, paradigma Islam. Pengembangan eksperimen-eksperimen ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada paradigma Alquran jelas akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Kegiatan itu mungkin menjadi pendorong munculnya ilmu-ilmu pengetahuan alternatif. Jelas bahwa premis-premis normatif Alquran dapat dirumuskan menjadi teori-teori empiris dan rasional. Struktur transendental Alquran adalah sebuah ide normatif dan filosofis yang dapat dirumuskan menjadi paradigma teoretis. Ia akan memberikan kerangka bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan empiris dan rasional yang orisinal, dalam arti sesuai dengan kebutuhan pragmatis umat manusia sebagai khalifah di bumi. Itulah sebabnya pengembangan teori-teori ilmu pengetahuan Islam dimaksudkan untuk kemaslahatan umat Islam. Kuntowijoyo menyatakan bahwa inti dari integrasi adalah upaya menyatukan (bukan sekedar menggabungkan) wahyu Tuhan dan temuan pikiran manusia (ilmu-ilmu integralistik), tidak mengucilkan Tuhan (sekularisme) atau mengucilkan manusia (other worldly asceticisme). Model integrasi adalah menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai grand theory pengetahuan, sehingga ayat-ayat qauliyah dan qauniyah dapat dipakai.

Qur’an dan Sain : Dari Masa ke Masa (Wacana dan Praksis)

Kajian tentang ke-ilmiah-an al Qur’an dari tahun ke tahun semakin beragam. Ada yang bersifat individual maupun kolektif baik dalam maupun luar negeri. Kajian bersifat individual karena disusun hanya satu orang penulis. Seperti kajian ilmu psikologi dilakukan oleh Ahmad Mubarok dari dalam negeri tahun 1999, sedangkan buku Ilmu Jiwa dalam Al Qur`an ditulis Muahammad Utsman Najati berasal dari luar Indonesia pertamakali diterbitkan tahun 1985. Disiplin ilmu eksakta muncul buku Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa karya Dadang Hawari diterbitkan tahun 1998. Lebih lama lagi pada tahun 1976 dilakukan Maurice Bucaille yang menulis dengan judul Bibel, al Qur’an, dan Ilmu Pengetahuan Modern atau judul aslinya dalam bahasa Prancis yaitu La Bible, le Coran et la Science. Yang lebih baru dilakukan oleh Agus Purwanto, Fisikawan dari ITS, menulis tentang Ayat-Ayat Semesta: Sisi-Sisi Al-Quran yang Terlupakan (2012) dan Nalar Ayat-ayat Semesta. Dua kajiannya lebih berfokus pada ilmu eksakta dalam hal ini adalah fisika. Sedangkan kajian Sain yang beragam dalam al Qur’an dilakukan Nadiah Thayyarah (2013) dengan judul Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an. Ada banyak hal yang diulas di dalam buku ini tentang kemukjizatan Al-Qur’an dan relasinya dengan beragam sains – baik bidang kedokteran, ilmu embriologi, astronomi, dan makanan.

Kajian di atas memang belum disebut sebagai tafsir, tetapi bisa menjadi embrio awal untuk pengembangan peminatan al Qur’an sesuai tema. Para pengkaji al Qur’an dan Sain di atas sayangnya baru satu orang yang tidak hanya bekerja di satu ranah yaitu wacana tetapi juga di ranah praktis dengan mengembangkan lembaga pendidikan berupa Pesantren Sain (Trensain) dengan jenjang SMA di Tebuireng dan Sragen, yaitu Dr. Agus Purwanto.

Sekolah yang dirintis menjadikan lulusannya yang akan dicapai memiliki profil sebagai berikut:

  1. Lancar berbahasa Inggris
  2. Lancar berbahasa Arab
  3. Piawai Sains:
  4. Matematika
  5. Fisika
  6. Kimia
  7. Biologi
  8. Paham interaksi Antara agama dan sains
  9. Al-Qur’an ( Sejarah, mushaf, pengantar tafsir, jenis tafsir, tafsir bil ilmiy, tafsir ilmiy)
  10. Sains ( pengantar sains, sejarah, biografi ilmuwan)
  11. Filsafat ( pengantar filsafat; pengertian, sifat dan fungsi; sejarah filsafat).
  12. Filsafat sains
  13. Sains dan problem Ketuhanan ( Materialisme ilmiah, sains lama, sains baru)
  14. Agama dan Sains ( tren kajian, jenis hubungan)
  15. Islam dan Sains ( Islamisasi Sains, Saintifikasi Islam, Sains Islam)
  16. Mathematic Wolfram
  17. Hafalan ayat kauniyah (SMA Trensain Sragen)

Profil lulusan yang mengarah pada generasi muslim yang kuat pemahaman dalam dua hal -Islam dan Ilmu – diimplementasikan melalui kurikulum UNIFIKASI (Integrasi Islam dan Ilmu) yang mengelaborasi tiga unsur: agama, sains dan skill. Dalam penerapannya, semua materi terintegrasi dalam aktifitas selama 24 jam. Dalam pengembangan sain dibekali dengan 2 bahasa pengetahuan utama, yaitu Bahasa Arab dan Inggris dengan pengkondisian berada di pondok pesantren selama 24 jam. Hal ini memungkinkan memudahkan pengembangan keilmuan baik secara pasif maupun aktif.

Pengembangan integrasi sain dan Qur’an terpaparkan dalam kurikulum berikut ini:

Tabel Kurikulum SMA Trensain Tebuireng

No Ruang Lingkup  Materi Mapel Semester/
SKS
1 Pemahaman tentang konsep Ahlussunah Wal Jamaah (ASWAJA) sebagai basis ideologi santri Aswaja I/1
2 Pemahaman tentang takhrij hadist-hadist Nabi Muhammad SAW khususnya yang berkaitan dengan hadist-hadist  ahkam dalam upaya memahami hadist rosulullah serta mengitinsbathkan hokum-hukum yang terdapat dalam hadist tersebut Hadist ahkam II/1
3 Pemahaman tentang Ullumul Qur’an  sebagai upaya untuk menginteraksikan antara Al qur’an dengan sains kealaman Ullumul Qur’an III/1
4 Pemahaman tentang Ullumul Hadist  sebagai upaya untuk menginteraksikan antara hadist kauniyah dengan sains kealaman. Ullumul Hadist IV/1
5 Pemahaman tentang Ushullul Fiqh dengan pokok bahasan : Ushullul Fiqh V/1
a.    Hukum yang didalamnya meliputi wajib, sunah, makruh, mubah, haram, hasan, qabih, ’ada, qada, shahih, fasid, dan lain-lain VI/1
b.    Adillah , yaitu dalil-dalil qur’an ,sunnah,ijma’,dan qiyas.
c.    Jalan-jalan serta cara-cara beristimbath (turuqul istimbath).
d.    Mustambith, yaitu mujthid dengan syarat-syaratnya.
e.    Dalil-dalil untuk menginstimbathkan hukum.
6 Pemahaman tentang filsafat sebagai penekanan pada pandangan dan gagasan awal tentang alam dan pengetahuan Filsafat I & II III/1
IV/1
7 Pemahaman  pola-pola interaksi antara agama dan sains, pengkajian 700 ayat kauniyah, serta islamisasi sains. Al Qur’an dan sains I, II, III, IV III/1
IV/I
V/1
VI/1

(http://www.smatrensains.sch.id/2015/08/profil-sma-trensains-tebuireng.html)

Kurikulum lengkap dari SMA Trensain Sragen tidak terlihat di webnya sehingga tidak bisa dibandingkan dengan SMA Trensain Tebuireng. Kalau boleh diasumsikan perbedaannya hanya terbatas pada ruang lingkup nomor 1 karena menyesuaikan pada induk organisasinya yaitu SMA Trensain Sragen menginduk pada Muhammadiyah dan SMA Trensain Tebuireng menginduk pada Nahdlatul ‘Ulama. Usaha menyelaraskan antara wacana dengan praktis perlu digalakkan sehingga memacu minat generasi muda muslim untuk mengkaji al Qur’an dan Sunnah.

Pengembangan wacana kajian berbeda dengan paparan di atas dilakukan secara kolektif dan bersifat tafsir ilmiah dari al Qur’an dilakukan oleh Kementerian Agama dengan model tematik dilakukan mulai tahun 2007. Tafsir Tematik sebanyak 9 jilid terdiri atas tema sebagai berikut:

  1. 1. Hubungan Antar-Umat Beragama
  2. Al-Quran dan Pemberdayaan Kaum Dhuafa
  3. Membangun Keluarga Harmoni
  4. Pembangunan Ekonomi Umat
  5. Kedudukan dan Peran Perempuan
  6. Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik
  7. Pelestarian Lingkungan Hidup
  8. Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’ an
  9. Spiritualitas dan Akhlak
  10. Pengertian Kerja
  11. Keniscayaan Hari Akhir
  12. Pendidikan, Pengembangan Karakter, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
  13. Hukum, Keadilan, dan Hak Asasi Manusia.

http://kamilpustaka.indonetwork.co.id

Ketiga belas tema di atas masih sebatas dan terbatas dikaji oleh ilmuwan berlatar belakang perguruan tinggi keagamaan Islam. Langkah yang agak radikal dilakukan oleh Masjid Salman ITB dengan memadukan antara cendekiawan dari lulusan perguruan tinggi keagamaan Islam dengan cendekiawan lulusan non perguruan tinggi keagamaan Islam. Kajian tafsir ilmiah ini baru ditulis dan diterbitkan 29 surah yang dianggap sarat akan isyarat ilmiah. Adapun 29 surah tersebut 28 surah Makkiyah (diturunkan di Makkah) dan satu surah Madaniyah (diturunkan di Madinah) dari Juz ‘Amma (Juz 30). Tafsir disusun oleh 26 pakar dari berbagai disiplin ilmu. Judul tafsir ilmiah diberi nama: “Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz ‘Amma”. Buku tafsir ini membahas surat-surat dalam Juz ‘Amma melalui ‘pisau bedah’ yang cukup spesifik, yakni sains dan teknologi. Tafsir Ilmi –begitu pendekatan tafsir ini disebut— Juz ‘Amma Salman, diisi pula oleh para ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) (http://salmanitb.com/2014/11/24/ruang-tafsir-antara-kita-dan-semesta/ dan http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/11/18/nf7yla1-tafsir-salman-upaya-ilmuwan-itb-gali-makna-ilmiah-alquran).

Paparan dari tafsir kolektif di atas memang yang paling unik adalah yang dilakukan oleh Masjid Salman ITB – walaupun baru Juz 30 dari al Qur’an – karena melibatkan beragam pakar dari multi disiplin. Paparan dalam tafsirnya juga merujuk tafsir klasik sekaligus wacana penafsiran sain modern dalam konteks al Qur’an. Disamping itu dilakukan dalam konteks perguruan tinggi yang kental mengkaji sain dan teknologi modern. Langkah ini perlu diteladani semua perguruan tinggi minimal kolaborasi dalam kebaikan untuk bisa mewujudkan Islam Rahmatan lil’alamin.

Penutup

Banyaknya kajian tentang integrasi Islam dan Ilmu merupakan hikmah terselubung untuk bisa disinergikan dengan perubahan IAIN menjadi UIN yang mengembangkan banyak kajian ilmu “umum”. Dengan demikian bisa menjadi momentum memperteguh kajian ilmu “umum” di UIN sehingga bisa menjadi pembeda antara kajian ilmu “umum” di Perguruan Tinggi Umum di bawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Selain itu adanya kurikulum 2013 di tingkat pendidikan yang mengembangkan tematik integratif bisa menjadi wahana praktik wacana “integrasi islam dan sain” di dunia empirik, sehingga ada distingsi yang jelas antara mengajar IPA, dan IPS di Sekolah Dasar dengan di MI. Semoga kajian yang sudah banyak tentang integrasi Islam dan ilmu bisa dimanfaatkan oleh guru-guru Madrasah Ibtidaiyah. Dengan demikian banyak siswa MI terpacu untuk menghafal dan mengkaji al Qur’an berdasar tematik. Semoga. Wallahu a’lam bil ashshawab.  (Muhammad Munadi)

 

 

Daftar Pustaka

Abdullah, M. Amin. Islamic Studies Di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-Interkonektif, Cet.I, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2006

_______, Islamic Stadies dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi, Cet I; Yogyakarta: Penerbit SUKA Press, 2007.

Arief, Armai. Reformasi Pendiidkan Islam, Cet. I, Jakarta: CRSD Press, 2005.

Azra, Azyumardi. Reintegrasi Ilmu-Ilmu, Integrasi Ilmu dan Agama, Interprestasi dan Aksi, Bandung: Mizan, 2005.

Bagir, Zainal Abidin (ed), Integrasi Ilmu dan Agama, Interprestasi dan Aksi, Bandung: Mizan, 2005

Fayid, Syeikh Mahmud Abdul Wahab, Al-Tarbiyah Fie Kitab Allah, diterjemahkan Drs. Judi Al-Falasany, “Pendidikan Dalam Alquran”, Semarang: Penerbit CV. Wicaksana, 1989.

Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Cet. II, Jakarta; Penerbit: Teraju, 2005.

Said, Nurman. dkk, Sinergi Agama dan Sains, (ed) Cet I; Makassar: Alauddin Press, 2005.

Shihab, M. Quraish. Membumikan Alquran, Cet. I, Bandung: Penerbit Mizan, 1992