Sukoharjo (26/04/2022), Menjelang liburan hari raya idul fitri fakultas Adab dan Bahasa melaksankan diskusi dosen di Gedung Aula lantai 4 Fakultas Adab dan Bahasa. Diskusi yang dihadiri oleh  65 dosen. Tema yang dibawa dalam diskusi dosen kali ini yaitu Peran “Mas Nganten” Dalam Perkembangan Industri Batik Laweyan.

Pemilihan sejarah batik laweyan karena letak kecamatan lawean dekat dengan kampus UIN Raden Mas Said Surakarta selain itu nilai sejarah yang di kandung dalam industry batik yang ada di kecamatan laweyan, laweyan sendiri terletak di kota surakarta, 8 kilometer dari UIN Raden Mas Said Surakarta.

WhatsApp Image 2022 04 26 at 12.43.00

Dalam diskusi ini di pandu oleh dua pemandu diskusi masing-masing pemandu diskusi menyajikan materi untuk didiskusikan pemandu diskusi yang pertama Muhammad Isa Anshory yang menyampaiakan tentang Sejarah Lahirnya Kampung Batik Laweyan kemudian pemateri yang kedua Dr.H. Muh. Fajar Shodiq. M.Ag. yang menyampaikan materi tentang Peran “Mas Nganten” Dalam Perkembangan Industri Batik Laweyan.

Pemateri pertama menyampaiakan sejarah asal usul nama laweyan. Menurutnya ada 3 macam sejarah mengenai asal usul Laweyan pertama Laweyan sendiri merupakan kampung lama yang sudah berdiri sejak sebelum Kerajaan Pajang berdiri. Berdasarkan namanya, kelurahan ini ada yang menyebut Lawiyan namun ada pula yang menyebutnya Laweyan. Disebut Lawiyan karena daerah ini berdasarkan sejarahnya merupakan tanah perdikan (tanah yang bebas pajak) hadiah Sultan Hadiwijaya (Raja Pajang) kepada Ki Ageng Henis atas jasanya dalam mengalahkan musuh Pajang yaitu Arya Penangsang (Adipati Jipang Panolan).WhatsApp Image 2022 04 26 at 12.43.00 2

Kemudian sejarah asal usul yang ke dua  disebut Laweyan karena nama tersebut berasal dari kata lawe (benang bahan kain). Dalam bahasa sansekerta kata laway artinya jenazah tanpa kepala. Jadi kata laweyan (lawayan) menunjuk tempat nglawe yaitu tempat menghukum orang dengan lawe.

Ketiga tentang Dinamai Laweyan juga karena daerah ini merupakan pasar lawe yang sangat ramai. Lawe atau benang tebuat dari kapas dan merupakan bahan bakutenun untuk membuat sandang. Kapas banyak dihasilkan dari daerah sekitar Laweyan yaitu dari Pedan, Juwiring dan Gawok. Daerah perdikan ini merupakan pasar lawe yang sangat ramai, oleh karena itu daerah ini dikenal dengan nama Laweyan. Sebagai pusat perdagangan lawe atau pasar lawe, lawe juga dijual ke berbagai daerah dengan memanfaatkan angkutan sungai yaitu dari Bandar Kabanaran ke pelabuhan besar Nusupan di tepi Bengawan Semanggi.WhatsApp Image 2022 04 26 at 12.43.00 1

Sedangkan pemateri kedua menyampaikan mengenai struktur sosial masyarakat lawean Menurut narasumber sebagaimana mengutip Suwardi, beliau bersikukuh menguatkan tipologi Clifford Geertz  karena analisanya, mayoritas orang Laweyan memiliki pekerjaan sama yakni pedagang, lebih lanjut Laweyan mempunyai pusat kendali bisnis yang unik. Tidak seperti kebiasaan dalam bisnis besar pada umumnya yang dikendalikan oleh kaum laki-laki, di Laweyan pusat kendali ekonomi justru terletak pada kaum perempuan. Sedangkan kaum lelaki atau Mas nganten mempunyai peran kreatif dalam menentukan bentuk dan motif baru untuk penyegaran dan mencari cara jika batik produknya telah ditiru, maka dia akan menciptakan ide motif lain yang berbeda dari sebelumnya, dan ini membuat batik Laweyan terus sukses dipasaran. Kemudian acara dilanjutkan dengan diskusi antar dosen.