Review dan Finalisasi Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Fakultas Adab dan Bahasa

KabarFAB – Pada hari Selasa, 15 Oktober 2024, Fakultas Adab dan Bahasa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta mengadakan acara Review dan Finalisasi Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) di Aula Yosodipuro lantai 4 Fakultas Adab dan Bahasa. Kegiatan ini bertujuan untuk meninjau dan menyempurnakan rancangan program studi DKV sebagai bagian dari pengembangan pendidikan tinggi di institusi tersebut.

Dekan Fakultas Adab dan Bahasa, Prof. Dr. Imam Makruf, S.Ag., M.Pd., dalam sambutannya, menyatakan bahwa Program Studi DKV merupakan inisiatif yang mulai dirintis oleh Prof. Dr. Toto Suharto, M.Ag. (Dekan Fakultas Adab dan Bahasa) yang saat ini telah menjabat sebagai Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta. Pembukaan program studi ini didasari oleh tingginya permintaan lulusan DKV di berbagai industri kreatif. Oleh karena itu, UIN Raden Mas Said Surakarta berupaya mengusulkan Program Studi DKV sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi universitas dalam menyediakan pendidikan yang relevan dan berkualitas.

Prof. Dr. Imam Makruf juga menambahkan bahwa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di Indonesia yang memiliki Program Studi DKV masih tergolong sedikit. Dengan demikian, keberadaan program ini diharapkan dapat menjadi pionir dan membuka peluang baru bagi mahasiswa yang tertarik di bidang desain komunikasi visual. Namun, beliau juga menyoroti kendala pada aspek sumber daya manusia, terutama terkait kekosongan formasi DKV dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) terakhir, yang menjadi tantangan untuk pengembangan program ini di masa depan.

Acara ini menghadirkan Rendya Adi Kurniawan, M.Sn., Kepala Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, sebagai pembicara pertama. Beliau membahas berbagai poin penting terkait pengembangan program studi DKV di UIN Raden Mas Said Surakarta, antara lain mencakup penyusunan kurikulum, pemetaan program, dan pengembangan laboratorium. Menurutnya, kurikulum dan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) harus dirancang secara jelas dan terstruktur, dengan deskripsi rinci mengenai kompetensi teknis lulusan. Hal tersebut ditujukan untuk memperjelas profil lulusan sehingga dapat meningkatkan daya saing di dunia industri kreatif.

Rendya Adi Kurniawan juga menekankan bahwa keunggulan program studi DKV perlu dirumuskan secara spesifik agar memiliki ciri khas yang membedakan dari program sejenis di perguruan tinggi lain. Untuk mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), kerja sama dengan mitra industri sangat diperlukan, terutama dalam penyusunan CPL dan kurikulum melalui Forum Group Discussion (FGD) yang melibatkan pakar, calon pengguna lulusan, dan praktisi industri. Kurikulum yang diusulkan diharapkan dapat merujuk pada kurikulum asosiasi yang sudah disepakati dalam Rapat Kerja Nasional di ITB tahun 2023, dengan penyesuaian jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) di atas 144, atau dengan mengikuti model ISI Surakarta yang menerapkan 147 SKS.

Beliau mencontohkan dalam penyusunan kurikulum DKV di ISI Surakarta, terdiri dari tiga kategori utama, yakni Basic, Specialty, dan Collaboration. Hal ini dapat menjadi referensi untuk penyusunan kurikulum di UIN Raden Mas Said Surakarta. Mata kuliah disusun berdasarkan peta kurikulum ini dengan penyesuaian terhadap peminatan yang tersedia.

Pembicara kedua, dosen dari Program Studi DKV ISI Denpasar, membahas beberapa aspek penting terkait pengembangan program studi DKV. Pertama, terkait Sumber Daya Manusia (SDM), beliau menemukan kekosongan nama dosen pada draft kurikulum, yang menurutnya harus segera diisi. Pemenuhan SDM dengan kualifikasi minimal S1 dan S2 di bidang DKV atau Magister Seni dengan konsentrasi DKV sangat penting untuk pengajuan proposal program studi baru.

Kedua, beliau menyoroti pentingnya penyelarasan profil lulusan dengan mata kuliah yang ditawarkan. Kurikulum harus dirancang berdasarkan visi dan misi yang jelas, sehingga dapat menciptakan ciri khas lulusan yang kuat. Profil lulusan perlu lebih spesifik dalam menjelaskan jenis pekerjaan yang bisa dihasilkan, terutama dengan tambahan nilai ke-Islaman untuk membedakan lulusan dari program studi lain. Frasa seperti “peneliti dan pengembang DKV” dan “wirausahawan dan kreatif” perlu didefinisikan lebih jelas dengan dukungan mata kuliah yang relevan.

Ketiga, pembicara menyarankan agar belajar dari program studi DKV di perguruan tinggi lain dalam hal pengembangan keilmuan, capaian pembelajaran, dan peninjauan kurikulum. Semua aspek ini perlu dipetakan dalam bentuk tabel untuk membantu menentukan ciri khas yang diinginkan. Setelah kurikulum dirancang dengan baik, baru kemudian ditentukan dosen yang akan mengajar mata kuliah tersebut.

Selain itu, pembicara juga menyoroti pentingnya memastikan ketersediaan perpustakaan dan laboratorium sebagai sumber belajar utama. Untuk mendukung proses pembelajaran, fasilitas laboratorium yang memadai seperti Laboratorium Komputer, Fotografi, dan Audiovisual sangat diperlukan agar mahasiswa dapat mengasah keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan industri.

Acara ini diharapkan dapat memperkuat rancangan dan strategi pengembangan Program Studi DKV di UIN Raden Mas Said Surakarta, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap bersaing di dunia kerja.

Humas FAB
Humas FAB