Prof. Jajat Burhanuddin Paparkan Keterkaitan Islam, Keraton, dan Ilmu Pengetahuan di Kuliah Umum Sejarah Peradaban Islam
KabarFAB – Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Bahasa, Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta, menggelar kuliah umum dalam rangka menyambut Hari Santri 2024. Acara ini diselenggarakan pada Selasa, 17 Oktober 2024, di Aula Yosodipuro, lantai 4, dengan tema “Islam, Keraton, dan Pembentukan Pengetahuan.” Kuliah umum tersebut menghadirkan Prof. Jajat Burhanuddin, M.A., Guru Besar Sejarah Islam dari Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Jakarta, sekaligus penulis buku “Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elit Muslim dalam Sejarah Indonesia.” Ratusan mahasiswa dari Program Studi Sejarah Peradaban Islam turut hadir dalam acara ini.
Dalam sambutan pembukaan, Dr. Aly Mashar, S.Pd.I., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Adab dan Bahasa, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya memahami sejarah dan budaya lokal sebagai bagian dari upaya membangun identitas bangsa. Dr. Aly juga menjelaskan bahwa Aula Yosodipuro, tempat berlangsungnya acara, diambil dari nama seorang pujangga keraton yang telah menghasilkan banyak karya monumental. Melalui kuliah umum ini, beliau berharap mahasiswa semakin menyadari pentingnya menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu lainnya sesuai dengan minat mereka.




Tema kuliah umum kali ini mengangkat hubungan antara Islam, keraton, dan ilmu pengetahuan. Pemilihan tema “Islam dan Keraton” berkaitan erat dengan lokasi Fakultas Adab dan Bahasa UIN Raden Mas Said Surakarta yang terletak di dekat bekas Keraton Kartasura, salah satu cikal bakal kerajaan besar di tanah Jawa. Dr. Aly menyampaikan bahwa UIN Raden Mas Said Surakarta juga dianalogikan sebagai kawah candradimuka, sebuah tempat pembentukan karakter untuk menghasilkan pribadi yang kuat, terampil, dan berpengetahuan baik dalam bidang agama maupun umum.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari Prof. Jajat Burhanuddin, M.A., yang dimoderatori oleh Martina Safitry, M.A. Dalam paparannya, Prof. Jajat menyoroti keterkaitan erat antara Islam, keraton Jawa, dan proses pembentukan pengetahuan. Beliau mencontohkan tentang Pesantren Perdikan Tegalsari yang didirikan oleh Kiai Ageng Muhammad Besari. Pesantren ini merupakan salah satu yang tertua di Jawa dan memiliki kedudukan istimewa sebagai perdikan, yang berarti pesantren tersebut memiliki otonomi khusus dan dibebaskan dari berbagai kewajiban kepada penguasa.




Hubungan erat antara Pesantren Tegalsari dan keraton tercermin dalam tradisi “jejer pandhita“, yang menunjukkan penghormatan tinggi dari pihak keraton terhadap para kiai. Dalam tradisi ini, para kiai ditempatkan sejajar dengan para pandita istana. Banyak juga keturunan keraton yang menimba ilmu di pesantren ini, sehingga pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga memiliki pengaruh besar dalam kehidupan politik dan sosial. Selain itu, keraton seringkali mencari legitimasi keagamaan dan pengetahuan dari para kiai. Pesantren Tegalsari, dengan pengaruhnya yang luas, menjadi salah satu rujukan penting bagi keraton dalam berbagai hal, termasuk pengetahuan.

Dengan acara kuliah umum ini, diharapkan para mahasiswa dapat lebih memahami pentingnya sejarah dan budaya dalam membentuk pengetahuan dan identitas bangsa.