Membangun Sejarawan Milineal Melalui Sejarah “Alternatif”

Surakarta – Prodi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Bahasa Intitut Agama Islam Negeri Surakarta menyelengarakan seminar sejarah dengan tema “Seri Kuliah Sejarah” pada hari kamis, 5 September 2019. Acara yang menghadirkan dari Murdoch University, Australia  yaitu Ghamal Satya Muhammad dan Muhammad Irfansyah dari Universitas Gadjah Mada selaku pembicara tersebut diadakan di Gedung Fakultas Adab dan Bahasa lantai 4 yang diikuti oleh mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam dari mulai semester 1 sampai dengan semester 7,sekitar 300an mahasiswa. Acara ini dihadiri oleh ketua Prodi Sejarah Peradaban Islam serta Dosen-dosen Sejarah Peradaban Islam.

spi

Seminar ini diawali dengan pemaparan dengan susah payah dalam membangun metodologi sejarah ‘alternatif’ Mochamad Irfansyah (UGM) memaparkan bahwa pola fikir sejarawan harus kita pelajari lebih awal sebagimana yang dikatakan Kuntowijoyo jika kita akan menulis suatu sejarah maka harus ada lima tahapan dalam penelitian sejarah yang pertama yakni pemilihan Topik, Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Histogriografi. Lalu bagaimana cara membangun metodologi sejarah alternatif? Dan apa itu metodologi?, dalam hal ini merupakan pondasi yang sangat penting bagi mahasiswa baru yang akan menulis. Metodologi adalah ilmu-ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu tergantung dengan realitas yang sedang dikaji, maksudnya bagaimana kita menggunakan teori?, misalnya mengukur sejarah Indonesia. Metodologi sendiri mulai berkembang di abad 19. Sejarah alternatifnya itu bukan dilihat dari salah dan benarnya, akan tetapi bagaimana proses data itu dihadirkan dala narasi sejarah.

Melalui beberapa pendekatan, yakni pendekatan teorisasi metodologi sejarah yang dimana pada saat itu ilmu-ilmu sosialpun sedang berkembang seperti ilmu Sosiologi.  Mochamad Irfansyah juga mengkatakan bahwa no dokumen no histori biasanya orang-orang metodologi menolak karena mereka berfikiran bahwa itu tidak sesuai dengan ilmu metodologi.

Lalu perbedaan teks biasa dengan teks jawa, teks biasa metupakan hasil dari karangan dari pengarang atau tidak berbicara sesuai dengan kenyatan. Berbicara itu subjektifitas bukan objektifitas. Lalu di teks Jawa bukan dikatakan makna namun teks jawa lebih mempelajari mengenai Budaya, ia menuturkan kembali bahwa sejarah bukan hanya sejarah orang kecil yang memberontak, melainkan seluruh sejarah dari orang kecil dan sejarah masyarakat.

Lebih lanjut, Ghamal Satya Muhammad memaparan lebih lanjut menjelaskan beberapa metodologi sejarah alternatif, acara ini dilanjut dengan penjelasan mengenai kegunaan Aplikatif Ilmu Sejarah untuk merespon tantangan masa kini, dulu banyak selai buku, dan penerbitan yang dilarang namun sekarang bis aditemukan ditoko buku manasaja. Mana disebut dengan akademis kontrovesial dan akademis teori, contoh tiga buku akademis kontroversial yaitu buku yang berjudul Sejarah Tuhan, Buku sekitaran 65 dan Sejarah Dunia itu merupakan buku yang banyak menentang dan tidak boleh diterbitkan apalagi di sebarluaskan maka itu termasuk akademis kontroversial, ada juga akademis eksploratif. Apa Itu Sejarah, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680, dan juga buku Asal Usul Perang Jawa, yang dimana mempunyai mkana yang berbeda.

Membahas mengenai sejarah terapan, sejarah terapan dimulai dengan perenungan dan menanyakan apa gunanaya sejarah, jika tidak memikirkan hal itu kta tidak usah belajar saja jika tak ada gunanya kan, lalu memikirkan pula sejarah apa yang mau kamu tulis. Percuma kuta maumenulis tapi tidak ada tema dan judul yang akan kita tuliskan. Dan ia juga berbicara bahwa sejarah terapan bukanlah soal hal baru yang baru didengar, maka ada beberapa pertimbangan untuk sejarah terapan sejarah sebagai apa yang harus terjadi dan apa yang sesungguhnya terjadi. Lalu sejarah untuk memhamaimasa kini maka kita harus bertanya bagaimana bisa kita lahir saat ini dan buka npada masa lalju, denga  begitu kita biosa melihat dari kegunaan Aplikatif Eksitensi diri dalm kerangka sejarah bumi. Selanjutnya mengenai sejarah terapan pada sejarawan melenial yakni dengan kerusakan dokumen mendorong para sejarawan untuk mendigitalkan dokumen kuno dan juga mendokumentasikan setiap momen sekarang untuk masa depan.

Di akhir sesi pembicara beberapa menjelaskan sejarah narasumber sempat menyinggung salah satu penulis barat dan juga penulis lokal Indonesia, dan masyrakatpun lebih menghargai penulisan barat di bandingkan penulis Indonesia, ia berteriak bahwa penulis barat saja bisa menulis tentang Indonesia mana penulis Indinesia yang acuh akan sejarah negrinya sendiri. Dan juga kedua narasumber berpesan kepada mahasiwa agar menjadi penulis yang peduli dengan sejarah negrinya sendiri dan tekun disetiap proses penulisan.

Kontributor: HMJ SPI IAIN Surakarta

Materi 1
Materi 2