“MENCARI ILMU DI NEGERI CINA”

Oleh: Rahardjo Budi Santoso*

 

Asyik memang mengamati dan mempelajari dinamika sosial kehidupan negeri yang bisa dikatakan sebagai “rajanya peradaban dunia” saat ini, yaitu: negeri Cina.

Negeri ini dikenal sarat dengan berbagai aplikasi ilmu mulai dari perihal tentang kesehatan, termasuk akupuntur yang diakui oleh dunia kedokteran modern, teknologi komputerisasi informasi berbasis 5G tercepat saat ini dan alat alat elektronik canggih lain masa kini mulai dari sarana transportasi massa elektrik yang bebas dari polusi udara namun hemat energi sampai kepada hal hal “kecil” seperti HP layar lebar yang bisa dilipat layaknya selembar kertas saja sehingga bisa menjadi sangat praktis dan aman jika disimpan di saku baju atau saku di celana kita. Disusul kemudian dengan teknologi luar angkasa yang mampu menyaingi bahkan sudah mulai mengungguli teknologi negara negara maju lainnya seperti Amerika, Rusia, Jerman, Perancis dan Jepang.

Belum lagi prestasi capaiannya di bidang teknologi matahari buatan yang konon panasnya sampai mencapai empat kali lipat dari panas matahari kita yang asli. Itupun masih ditambah lagi dengan usaha mereka di dalam uji coba “cuma” bikin bulan buatan saja pada lintas orbit tertentu yang akan menerangi sejumlah kota tertentu di negara “tirai bambu” itu pada malam harinya, berupa satelit ChengDu artificial moon, yang mereka claim cahayanya lebih terang dari cahaya bulan natural kita di atas sana.

Selanjutnya di sisi lain lagi, negara ini masih dihiasi oleh prestasi sederet kisah kemanusiaan tingkat super mulia sebagaimana yang sudah dilakukan oleh orang seperti Jack Ma yang terkenal dengan jaringan bisnis Alibaba-nya, yang sedang “mendunia” pula saat ini.

Namun sebaliknya, disana pun tidak kalah ketinggalan tersaji gambaran rusak dan rakusnya manusia. Singkatnya, di negeri “tirai bambu” itu semuanya lengkap ada disana, termasuk hal terbaru kisah awal dimulainya babak sejarah tersebarnya bencana dunia, virus corona, dari kota besar modern nan indah, Wuhan,  sebagai ibukota Propinsi Hubei, di negara Cina sana.

Bisa jadi karena lengkapnya ragam fenomena kehidupan itulah, sudah dari dulu muncul satu hadis (walau dho’if), yaitu : “Carilah ilmu sampai ke negeri Cina.”.

Dari sana gambaran orang mulia seperti Jack Ma sudah terpapar luas di seantero dunia. Akan tetapi di sisi lain, ada juga rekam jejak sejarah kelam bangsa ini di bidang “teknologi kejahatan” seperti praktek praktek pembobolan rekening bank oleh sejumlah warganya sambil ngelayap ke sejumlah negara lain termasuk negara kita, Indonesia. Jadi teringat saya, tentang satu nama yang dulu sempat menggemparkan negara kita, sebuah nama yang membikin hati banyak orang menjadi geregetan, Edi Tanzil !

Orang keturunan Cina ini mampu meloloskan diri dan berhasil lari dari kejaran polisi untuk menyelamatkan dirinya sambil membawa uang hasil korupsiannya ke tanah leluhurnya sana. Disana dia ternyata malah mampu berkembang dengan pesat dan bahkan selamat, berubah menjadi lebih canggih ilmunya, sehingga duit negara tanah leluhurnya sendiri pun mampu diembatnya pula, dengan jumlah kurang lebih sama seperti yang dia bawa lari dari Indonesia.

Berkaitan dengan negeri “tirai bambu” inilah, sebagian dari kita mengetahui bahwa dalam dunia ilmu kanuragan mereka, kung fu misalnya, dikenal ada istilah “Di atas langit, masih ada langit lagi (yang tentu saja jauh lebih tinggi kedudukannya).”

Ternyata hal itupun bukan hanya sekedar sebuah istilah saja, namun memang benar benar ada kenyataannya. “Prestasi” Edi Tanzil ternyata sungguh tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan “pelopor” si Tanzil ini di tanah leluhurnya sendiri sana. Inilah salah satu contohnya :

Sekedar contoh saja tentang betapa dahsyatnya daya kerakusan manusia itu. Terlebih lagi buat manusia yang tidak mengenal Tuhan, seperti para penganut komunis di negara Cina sana!

Jika kita kaji fenomena di atas dari ajaran kitab suci, ternyata benar benar terbukti bahwa kerakusan manusia memang tidak akan berhenti sampai mulutnya disumpal dengan tanah satu saat nanti!

Begitulah pelajaran berharga dari negeri Cina, jika kita intip sedikit saja, khususnya melalui kacamata kehidupan kita di Fakultas Adab dan Bahasa.

Untuk saya sendiri dan seluruh warga FAB, semoga pelajaran ini mampu menjadi peringatan agar kita semua benar benar bisa menjadi hamba Allah yang amanah, tidak hidup lengah dengan pandai berkhotbah tanpa adanya amalan nyata hanya karena mengejar pangkat dan jabatan sesaat yang terlihat “wah”.

Mari kita bangun prestasi kerja hanya karena Illahi Robbi, bukan semata mata karena kilaunya dunia materi. Dengan demikian, insyaAllah sukseslah hidup kita dalam urusan duniawi dan ukhrawi, Aamiin.

=========

*Penulis adalah Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Surakarta