Ribuan orang memadati lapangan Klampeyan, komplek makam Kiai Ageng Gribig yang berada di kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten (16/9). Sebanyak 6 ton kue apem siap untuk disebarkan kepada masyarakat yang hadir. Kue apem tersebut berasal dari sedekah masyarakat dan 2 gunungan apem yang disediakan oleh pihak kecamatan dan panitia acara.
Acara ini diselenggarakan oleh Pengelola Pelestarian Peninggalan Kiai Ageng Gribig (P3KAG). Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1596 yang dilakukan oleh Kiai Ageng Gribig yang membagikan apem usai beliau menunaikan ibadah haji.
Acara sebaran apem ini merupakan puncak acara tradisi ya qowiyyu yang diselenggarakan pada bulan sapar. Tradisi ini juga merupakan cara berdakwah Kiai Ageng Gribig pada saat itu. Hingga saat ini masih dipertahankan.

Berawal dari sebuah majelis yang sering diadakan masyarakat Jatinom tradisi yaa Qaawiyuu lahir. Ki Ageng Gribig menutup majelis dengan do’a yang berbunyi : Ya Qowiyyu Ya Aziiz Qowina Wal Muslimin, Ya Qowiyyu warzuqna wal Muslimin, yang artinya : Ya Allah, berikanlah kekuatan kepada kita segenap kaum muslimin. Bacaan di ucapkan berbarengan dengan disajikannya kue apem yang masih hangat. Ternyata, kue apem itu kurang Kyai Ageng Gribig pun menyuruh istrinya Nyai Ageng untuk memasak kue apem lagi.
Majelis berlangsung setiap hari Jum’at pertengahan bulan safar atau biasa disebut saparan. Doa dibacakan setiap tahunnya dihadapan para tamu yang ingin mengaji. Oleh karenanya anak cucu Kyai Ajeng Gribig menamakan tradisi ini dengan Yaa Qawiyyu.
Selama dua tahun yamg lalu tradisi Ya Qowiyu sempat dilaksanakan secara terbatas. Saat itu hanya beberapa orang dari masyarakat setempat dan pengelola pelestarian peninggalan kyai ageng gribig yang melaksanakan tradisi ini. Hal ini dikarenakan adanya pandemic covid 19.

“Sebetulnya mungkin istilahnya tidak terpending, karena walaupun kita dalam situasi pandemi kami tetap melaksanakan kegiatan ya qowiyyu. Seluruh rangkaian tetap kita laksanakan. Mulai dari pembukaan sampai dengan puncak acara andum apem kita lakukan. Hanya saja kita berada dalam sebuah situasi yang memang dunia pun menyatakan ini sebagai pandemi. Kita pun menyesuaikan dengan situasi tersebut kita laksanakan ala pandemi. Terus mungkin ada sebuah pengharapan setelah 2 tahun kita melaksanakan itu (ya qowiyyu ala pandemi). Kita pun berharapnya untuk pelaksanaan tahun 2022 ini semuanya berjalan minimal seperti tahun-tahun sebelumnya. Harapan akan ada perkembangan yang lebih daripada yang kemarin. Karena dari beberapa sektor yang di dapatkan dari apapun efek manfaat dari kegiatan ya qowiyyu ini sangat banyak sekali terutama yang didapatkan oleh masyarakat, yang didapatkan oleh kalangan pelajar, yang didapatkan oleh kalangan sejarah budayawan, seperti itu mungkin yang lain-lain.” Kata Eko Susanto selaku Ketua Pelaksana ketika diwawancarai oleh Mahasiswa HMPS SPI.
“Yang menjadi pembeda utama ini adalah menjadi opini publik bahwasanya dengan diadakannya yaa qawiyyu ala pandemi selama dua tahun mereka mungkin sudah rindu, puncak rindu besok sama sama di bongkar jadi sama-sama membongkar kerinduan. Kenduri rindu jadi animo masyarakat juga akan lebih berbeda, animo masyarakat pengunjung dan animo masyarakat yang bersedekah apem.” Lanjutnya.
Tradisi ya qowiyyu tahun ini diawali dengan pembukaan dari Bupati Klaten Ibu Sri Mulyani dilanjutkan dengan kirab gunungan apem dari kantor kecamatan Jatinom menuju ke Masjid Gedhe yang berada dikomplek makam Kiai Ageng Gribig. Sebelum menuju ke Masjid Gedhe, gunungan apem dibawa ke masjid alit untuk didoakan. Kemudian, gunungan apem tersebut dibawa ke Masjid Gedhe untuk kemudian diserahkan ke pihak pemuka agama.
