Dalam rangka menjadi pemakalah pendamping Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Bengkulu, Nur Rokhim salah satu mahasiswa FITK ikuti kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan selama dua hari berturut-turut pada tanggal 8-9 Oktober 2018 tersebut dilaksanakan di Hotel Sea Side Bengkulu. Kegiatan tersebut mengusung tema “Tantangan Penelitian Bahasa dan Sastra Berbasis Kearifan Lokal dengan Perpektif Global”.

Nur Rokhim merupakan pemakalah termuda sekaligus satu-satunyapemakalah berstatus sebagai mahasiswa strata 1 pada kegiatan tersebut. Pada kegiatan tersebut selain Nur Rokhim, ada delapan pemakalah lain. Empat orang sebagai pemakalah utama sedangkan 5 orang lainnya sebagai pemakalah pendamping. Empat pemakalah utama terdiri dari Dr. drh Rohidin Mersyah, M.A. (Gubernur Bengkulu), Prof Dadang Sunendar, M.Hum. (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa), Dr. Syafnil, M.A., Ph.D. (Guru Besar Bahasa Universitas Bengkulu) dan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti, M.Hum. (Guru Besar Sastra UNY). Sedangkan pemakalah pendamping terdiri dari Pegawai Balai dan Kantor Bahasa 8 Provinsi di Indonesia, Dosen di Perguaran Tinggi se-Indonesia, Guru Bahasa Indonesia, Mahasiswa Pascasarjana, dan Mahasiswa IAIN Surakarta, Nur Rokhim.

Kegiatan tersebut diikuti oleh Pegawai Dinas pendidikan provinsi Bengkulu, Dosen Bahasa dan Satra Perguruan Tinggi di Bengkulu, Guru Bahasa Indonesia Provinsi Bengkulu, Mahasiswa se-provinsi Bengkulu, dan Pemerhati bahasa.

Di hari pertama, hari Senin pada tanggal 8 Oktober 2018 tersebut, Nur Rokhim mengikuti kegiatan yang dimulai dengan sambutan Kepala Kantor Bahasa Bengkulu, Karyono, S.Pd., M.Hum. Kemudian kegiatan disambut dan dibuka sekaligus oleh Dr. drh. Rohidin mersyah, M.M.A. Pada hari pertama ini seluruh peserta mengikuti kegiatan sidang pleno dari pemakalah-pemakalah utama.

Sdangkan pada hari kedua dari kegiatan hari tersebut, Nur Rokhim memaparkan makalah dengan tema “Keminggris #AnakJaksel: Tantangan Memartabatan Bahasa Indonesia dalam Konteks Global”. Penelitian tersebut menggunakan kajian sosiolinguistik campur kode dengan objek #AnakJaksel di media sosial twitter. Penelitian menggunakan metodologi komperatif dengan perbandingan fenomena campur kode ke alih kode di Malaysia dan di India. Hasil temuan dari penelitian adalah bagaimana campur kode menjadi sinyal alih kode yang menjadi tantangan memartabatkan bahasa Indonesia dalam konteks global. Penelitian juga memaparkan yang menjadi latar belakang campur kode #AnakJaksel di twitter.

Pada pemaparan makalah, pemakalah mendapat pertanyaan dari Ibu Susi Dosen Bahasa Indonesia IAIN Bengkulu “Kenapa keminggris ini menjadi tantangan memartabatkan. padahal sudah ada UUD yang terkait dengan fungsi bahasa pada ruang publik?

Pemakalah menjawab “tidak ada yang menjamin masyarakat akan taat pada undang-undng, sehingga keminggris ini diibartakan sebuah gempa yang berkekuatan diatas 5 SR, sehingga BMKG membuat sinyal berpotensi tsunami. Keminggris ini menjadi sinyal sebagai akan datangnya tsunami kebahasaan yang memporak-poradakan bahasa Indonesia. Untuk itu fenomena keminggris harus menjadi perhatian yang perlu diantisipasi, sehingga ada cetusan agar bahasa Indonesia tidak menjadi korban tsunami bahasa asing.