Kamis, 6 Mei 2021 pukul 15.30-17.00 telah diadakannya webinar dalam bentuk kajian keilmuan feminisme dengan tema “Feminisme Era Globalisasi vs Feminisme Dalam Perspektif Keislaman” yang diselenggarakan oleh Divisi Keilmuan dari Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris yang berjalan dengan lancar. Acara tersebut diisi oleh Retma Ayu Ningtyas, S.pd sebagai pemateri yang merupakan penggagas diskusi demokrasi adil gender. Begitu pula dengan moderator yang yang diwakili oleh Ayuk Latifah selaku Co Leader HMPS PBI IAIN Surakarta. Diskusi ini diselenggarakan secara daring melalui aplikasi Google Meet, Peserta mendapatkan akses link Google Meet yang dibagikan oleh panitia.
Kegiatan diskusi dibuka oleh pembawa acara yang diwakili oleh Pratiwi Kusumajati, kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dipimpin oleh Ayuk Latifah selaku moderator. Moderator membacakan aturan-aturan yang harus ditaati oleh peserta selama acara diskusi berlangsung dan mempersilahkan pemateri menyampaikan materi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan. Penyampaian materi berlangsung sekitar kurang lebih 40 menit yang mencangkup pengertian dan gerakan feminisme, teori-teori tentang feminisme, feminisme di indonesia serta feminisme dalam perspektif keislaman. Setelah penyampaian materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berlangsung kurang lebih 25 menit. Acara ini diikuti oleh lebih dari 40 peserta dari berbagai kalangan. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memberikan ilmu serta arah pandang baru terkait feminisme agar dapat membuka pola pikir sebagian orang.
Dari salah satu penjelasan, Retma Ayu mengatakan bahwa hakikat penting dari setelah belajar feminisme adalah perempuan atau seseorang bisa berguna di lingkungan masyarakat dengan versi terbaiknya. Sebagai mana perumpamaan jika masih didapati seseorang yang sibuk mengomentari kehidupan seorang pelacur, namun padahal dia tidak tahu bahwa hari-hari sang pelacur tersebut banyak beramal, banyak bersedekah, maka orang yang mengomentari itu layak disebut sebagai penjajah.
Di indonesia perjuangan perempuan untuk mencapai kesetaraan dibilang mulai muncul ke permukaan dan meliputi dalam cerita RA Kartini. Lingkungan RA Kartini dianggap mendukungb perempuan untuk mendapatkan kesempatan terbebas dari kungkungan patriarki.
Meskipun perjuangan kesetaraan perempuan dengan laki-laki sudah dimulai sejak lama namun pada kenyataannya masih ada budaya patriarki yang memenjarakan perempuan. Penjara ini dibangun oleh penjara yang mengakar pada masyarakat juga pikiran dari perempuan sendiri yang menganggap dirinya tidak bebas karena terbiasa dengan perlakuan diskriminatif yang diakibatkan oleh budaya tersebut.
Feminisme dalam perspektif islam disini ialah gerakan yang mencoba untuk menggali kembali bagaimana islam memandang perempuan entah dengan memuliakan perempuan dengan tetap dirumah atau membiarkan perempuan melakukan apapun selama masih dalam konteks positif dan tidak merugikan orang lain.
Tidak ada dalil yang jelas dalam Al Qur’an yang menyebutkan bahwa kedudukan perempuan tidak lebih tinggi dari laki-laki bahkan hawa yang dikatakan diciptakan dari tulang rusuk adam tidak serta merta kedudukannya dibawah adam. Corak feminisme di indonesia ialah feminisme tipe sosialis yang muncul di tahun 1970 yang pada saat itu banyak yang memandang gerakan tersebut dengan sebelah mata
Setelah serangkaian kegiatan usai, pemateri memberikan closing statement dan juga kesimpulan yang disampaikan oleh moderator. Terakhir, kegiatan Kajian Keilmuan Feminisme ditutup oleh pembawa acara juga sekaligus sesi foto bersama.