Surakarta

HMJ PBA IAIN Surakarta menyelengarakan acara Seminar Nasional dengan tema “Masa Depan dan Tantangan Pembelajar Bahasa Arab di Era Milenial” pada Kamis (01/11), yang bertempat di Graha IAIN Surakarta. Acara ini diikuti kurang lebih 300 peserta dari mahasiswa IAIN Surakarta, undangan delegasi, juga dari peserta umum yang berasal dari berbagai institusi.

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh Sdri. Naurah Nurul Hidayah, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, yang kemudian dilanjut dengan sambutan-sambutan; dari Ketua Panitia, Sdr. M.Subhan Askhabi, Ketua Jurusan PBA, Bapak Dr. Toto Suharto, S.Ag., M.Ag., dan dilanjutkan sambutan dari Wakil Dekan II FITK, Bapak Dr. Purwanto, M.Pd. Ketua Jurusan PBA dalam sambutannya menyatakan bahwa pembelajar Bahasa Arab era Milenial berbeda dengan pembelajar Bahasa Arab di era sebelumnya. Untuk konteks Indonesia, masa depan pembelajar Bahasa Arab cukup menjanjikan, di mana masih ditemukan animo masyarakat yang cukup tinggi untuk mempelajari Bahasa Arab. Kondisi ini berbeda dengan negara lain, semisal Mesir, di mana penduduknya lebih suka belajar Bahasa Inggris daripada Bahasa Arab. Dari segi tantangan, proses pembelajaran Bahasa Arab saat ini tidak cukup dilakukan secara sistem tatap muka. Lembaga-lembaga pendidikan Bahasa Arab kini sudah mulai mengembangkan pembelajaran Bahasa Arab elektronik yang dapat dilakukan secara online. “Ini menjadi tantangan tersendiri, baik bagi pembelajar maupun pengelola pembelajaran Bahasa Arab”, demikian tegas Ketua Jurusan PBA. Sementara itu, Wakil Dekan II yang membuka secara resmi acara Seminar Nasional ini dalam sambutannya mengatakan bahwa era revolusi industri 4.0 telah merambah ke dunia pendidikan. Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi, termasuk bagi pembelajaran Bahasa Arab. Sebelum memasuki acara inti, para peserta dihibur dengan lagu-lagu Bahasa Arab yang dilantunkan oleh para mahasiswa Jurusan PBA.

Pada acara inti, Seminar Nasional ini dimoderatori oleh Afif Nuril Huda, S.Pd. (Demisioner Ketua HMJ PBA 2016) dengan menghadirkan dua pembicara. Pembicara pertama adalah Dr. Ibnu Burdah S.Ag., M. A., pakar kajian Timur Tengah dari UIN Sunan Kalijaga. Beliau menyampaikan bahwa Bahasa Arab terancam punah, kalau saja tidak memiliki ketahanan. Untungnya, Bahasa Arab ini telah digunakan oleh 22 negara sebagai bahasa resminya, dan sekaligus menjadi salah satu bahasa resmi PBB. Oleh karena itu, tantangan ke depan bagi pembelajar Bahasa Arab adalah bagaimana mereka memiliki dan menguasai kemampuan komunikatif Bahasa Arab. Di sini, keterampilan berbicara harus diidealkan dalam proses pembelajaran. Tantangan lainnya adalah kemampuan untuk menguasai maharah kitabah (keterampilan menulis) yang lebih produktif. Di masa milenial ini, patut disayangkan bahwa para pembelajar masih kesulitan dalam mempraktikkan keahlian maharah kitabah ini. Untuk itu, ke depannya, diperlukan banyak latihan, agar para pembelajar Bahasa Arab itu secara produktif memiliki keterampilan ini.

Pembicara kedua, yaitu Dr. Ja’far Assagaf, M. A. (Dosen PBA IAIN Surakarta) menyampaikan bahwa tantangan Bahasa Arab di Era Milenial ini sangatlah banyak, di antaranya adalah bahwa Bahasa Arab hanya digunakan sebagai alat untuk memahami kajian Islam, terjadinya penggunaan dan percampuran antara bahasa fusha dan ‘amiyyah, serta orientasi pembelajaran Bahasa Arab yang berada di dua kutub, yaitu antara orientasi keterampilan dengan orientasi keilmuan. Belum lagi masih adanya anggapan sebagian masyarakat yang memandang Bahasa Arab sebagai bahasa yang sulit dipelajari,  sehingga pembelajar memiliki minat belajar yang masih lemah. Dari sisi masa depan, prospek kerja Bahasa Arab sesungguhnya sangatlah banyak. Di antaranya adalah sebagai pengembang profesi keguruan Bahasa Arab, peneliti Bahasa Arab, pengembang metodologi dan media pembelajaran Bahasa Arab, di samping juga dapat menjadi penerjemah Bahasa Arab. Namun, dari semua itu, yang perlu dicatat adalah bahwa orientasi dan inovasi pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia masih terbatas, baik dari aspek isi, strategi, media dan lingkungan pembelajaran yang belum memadai.

Dari kedua pembicara itu, Seminar Nasional ini merekomendasikan pentingnya melakukan inovasi pembelajaran Bahasa Arab sebagai bahasa asing. Sebagai pembelajar di era milenial, pembelajar Bahasa Arab dituntut untuk memiliki kemampuan reseptif (mendengar dan membaca) dan kemampuan produktif (berbicara dan menulis) sekaligus. Inovasi pembelajaran dapat diarahkan pada penguasaan pembelajar atas kemampuan-kemampuan ini. Untuk itu, diharapkan setelah adanya seminar ini, para pembelajar Bahasa Arab agar lebih mampu meningkatkan penguasaan maharahnya secara lebih optimal. Setelah selesai penyampaian materi seminar, acara dilanjutkan dengan sesi pertanyaan, dan juga pembagian doorprise dari panitia kepada peserta yang beruntung. Acara diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan oleh HMJ PBA kepada para pembicara dan moderator, yang kemudian dilanjutkan foto bersama.