Selasa (22/03) – Ikatan Prodi Tadris Bahasa Indonesia PTKI (IPTABI) bekerja sama dengan Dirjen Kemenag DIKTIS mengadakan seminar dalam jaringan dengan tema “Pemetaan MKWK Bahasa Indonesia di PTKI”. Seminar yang dilakukan melalui platform Zoom Pro ini menghadirkan pembicara utama dari Subdirektorat Pengembangan Akademik Direktorat PTKI, K.H. Adib Abdushomad, M.Ed., Ph.D. Selain itu, IPTABI juga mengundang beberapa dosen PTKI sebagai narasumber, Dr. Moh. Hafid Effendy M.Pd. dari IAIN Madura, Dr. Kholik, M.Pd. dari IAI Al Qolam Malang, Nur Apriani Nukuhaly, M.Pd. dari IAIN Ambon, Elen Inderasari, M.Pd. dari UIN Raden Mas Said Surakarta. Seminar yang mengangkat topik pemetaan MKWK BI di PTKI ini ternyata mampu menarik minat peserta sebanyak 136 yang didominasi oleh dosen-dosen PTKI.

tbi

Dian Uswatun Hasanah, M.Pd. sebagai tuan rumah sedaring IPTABI menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mensukseskan kegiatan ini. “Dulu kita mengenal dengan sebutan Mata Kuliah Umum (MKU) sekarang berganti istilah menjadi Mata Kuliah Wajib

Kurikulum (MKWK) Bahasa Indonesia. Harapannya melalui mata kuliah ini dapat membentuk karakter kepribadian mahasiswa di PTKI, khususnya melalui pembelajaran ilmu bahasa.” tegasnya.

spd 1

“Apabila merujuk pada Kepdirjen DIKTI Nomor 84/E/KPT/2020, MKWK terdiri dari mata kuliah pancasila, agama, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Penggabungan antara MKWK bahasa Indonesia dan agama ternyata orientasinya adalah untuk persatuan Indonesia. Jadi tepat sekali ketika visi dari Kemenag adalah moderasi beragama. Dari konsep inilah, maka diperlukan peninjauan ulang, apakah RPS MKWK bahasa Indonesia yang selama ini digunakan telah mengintegrasikan moderasi beragama.” jelas  Dr. Siti Isnaniah, M.Pd. selaku Ketua IPTABI.

hihi

Dalam pemaparannya sebagai pembicara utama, K.H. Adib Abdushomad, M.Ed., Ph.D. menegaskan bahwa adanya moderasi beragama bertujuan untuk membangun sustainable future for Indonesian higher education. “Melalui MKWK mahasiswa diberikan wawasan tentang agama, sosial, kesehatan hingga kepedulian di masyarakat. Dengan demikian, adanya program ini diharapkan bisa berpikir kritis dan mampu membentuk mahasiswa dengan pikiran yang kritis dan solutif.” imbuh Dr. Moh. Hafid Effendy, M.Pd.

Nur Apriani Nukuhaly, M.Pd. sebagai narasumber kedua lebih memfokuskan pada penggunaan teknologi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satu teknologi pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat digunakan untuk pengembangan karakter mandiri dan inovatif mahasiswa adalah media padlet. Selanjutnya, Ketua Prodi TBI IAI Al Qolam Malang, Dr. Kholik, M.Pd. sebagai narasumber ketiga memaparkan tentang penerapan MKWK  Bahasa Indonesia berbasis pesantren.

Ketua Jurusan Bahasa FAB UIN Raden Mas Said Surakarta, Elen Inderasari, M.Pd. sebagai narasumber terakhir mengatakan bahwa output MKWK di PTU berbeda dengan output MKWK di PTKI.  “Output MKWK  di PTU bersifat proposal yang digunakan untuk mendaftar pada program kreatifitas mahasiswa. Adapun output MKWK di PTKI baru sampai tahap keterampilan berbahasa, khususnya pada keterampilan menulis.” jelasnya.

haha

Seminar yang berlangsung secara daring ini diakhiri dengan diskusi interaktif antara peserta dengan narasumber mulai dari muatan moderasi beragama hingga pengaplikasiannya dalam pembelajaran. “Penyelenggaraan MKWK Bahasa Indonesia harus berbasis keilmuan, keagamaan, pendidikan karakter, nasionalisme, dan identitas bangsa Indonesia, sehingga perlu adanya tindak lanjut MKWK bahasa Indonesia ini di seluruh PTKI.” tegas moderator sebagai simpulan dari diskusi.