Senin (28/09) Institut Agama Islam Negeri Surakarta (IAIN Surakarta) kembali mengukuhkan dua Guru Besar, yaitu Prof. Dr. KRT. H. Sujito, S.AP., S.H., M.Pd sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Bahasa Inggris Fakultas Adab dan Bahasa, dan Prof. Dr. H. Baidi, M.Pd sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan. Pengukuhan yang dilakukan secara protokol kesehatan ketat New Normal tersebut dipimpin oleh ketua Senat IAIN Surakarta, Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan dan bertempat di Graha IAIN Surakarta. Sidang senat terbuka tersebut juga dihadiri oleh Rektor IAIN Surakarta dan jajarannya, seluruh anggota senat, para guru besar, dan para pejabat struktural beserta jajarannya. Hadir pula dalam acara tersebut para dekan dan wakil dekan, para kaprodi dan sekprodi, beberapa tamu undangan serta keluarga besar dari kedua Guru Besar yang dikukuhkan.
Sebelum memasuki acara inti, seluruh peserta dipandu untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh Mustofa Algho dan mendengarkan Pembacaan Ayat Suci Al Quran oleh Wildan Zulfikar, M.Pd. Selanjutnya, sidang senat dibuka oleh ketua senat Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan dan pembacaan SK Profesor oleh Sekretaris Senat Hery Setiyatna, M.Pd.
Acara selanjutnya adalah Pidato Pengukuhan oleh masing- masing Guru Besar. Prof. Dr. H. Baidi, M.Pd memberikan pidato pengukuhan dengan tema “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berbasis Multikultural dalam Membentuk Sikap Harmoni”. Sedangkan Prof Dr. H. Sujito., S.Pd., S.H., M.Pd menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul “Rational Continguency Based U-Learning: Integrating Language Acquisition Theory and Hybrid Instructional Technology for Education in Covid 19 Outbreak and Society 5.0 Era”. Naskah Pidato Prof Sujito ditulis dalam Bahasa Inggris dan disampaikan secara singkat menggunakan Bahasa Indonesia. Dalam pidatonya, Prof. Sujito berharap bahwa temuan beliau dapat menjadi sumbangan dalam dunia pendidikan dalam situasi Covid 19 saat ini dan era masyarakat 5.0.
Prof Sujito menyampaikan Bahwa konsep E-learning sudah beranjak ke arah u-learning (ubiquitos learning), yaitu gabungan antara e-learning dan m-learning. E-learning mengandalkan materi materi dalam bentuk elektronik yang bisa diakses, kemudian mobile learning prinsipnya adalah materi materi tersebut bisa diakses darimana saja. Selain itu teori rational contingency (yang diambil dari teori penguasaan bahasa) harus diterapkan dalam dunia pendidikan. Teori yang disebut dengan it depends teori tersebut menyatakan bahwa segala sesuatu harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan hal tersebut cocok dengan situasi sekarang di era pandemi/ post pandemi, yang mana dunia serba tidak pasti. Dalam teori tersebut terdapat kesempatan dan pilihan yang luas, sehingga manusia bisa memilih sesuai dengan kebutuhan, situasinya, sesuai dengan kebutuhan kondisinya. Karena dalam situasi seperti ini perlu langkah situasional dan tidak boleh rigid dan tidak boleh kaku dalam menerapkan metode. Prof Sujito juga menambahkan bahwa sebenarnya prinsip merdeka belajar/ kampus merdeka berada di bawah prinsip rational contingency, demikian juga dengan U-learning sebagai Hybrid Learning adalah suatu pilihan dalam menentukan kapan harus menggunakan synchronus dan asynchronus dalam berinteraksi antara educator dan anak didik, jadi educator harus bisa memilah.
Prof. Sujito juga menambahkan bahwa terdapat karakteristik dari U-Learning yang merupakan evolusi dari e-learning tersebut, yaitu: 1). Direct learning and knowledge acquisition, 2). Adaptive and always-on learning content, 3). Has a variety of learning interfaces, 4). Interactive Learning, 5). Contextual learning activities, 6). Independent learning process, dan 7). Comfortable and invisible communication. Dalam simpulannya beliau memaparkan bahwa Dalam situasi wabah Covid-19 atau situasi adaptasi terhadap kebiasaan baru dan menghadapi era masyarakat 5.0, pendidikan harus menerapkan prinsip-prinsip rational contingency. Pendidik dalam melaksanakan pembelajarannya juga harus mengikuti prinsip rational contingency. Metode dan media pembelajaran harus diterapkan secara fleksibel dan situasional, tidak lagi terpaku pada satu metode dan media. Pendidikan dituntut mampu menerapkan inovasi teknologi pembelajaran yang mampu memenuhi prinsip tersebut. Pidato pengukuhan tersebut diakhiri dengan ucapan terima kasih dari kedua Guru Besar kepada sejumlah pihak yang telah banyak membantu beliau hingga sampai pada perolehan Jabatan Guru Besar.
Acara dilanjutkan dengan pengalungan Gordon kepada kedua Guru Besar Baru oleh Rektor dan Ketua Senat, serta sambutan oleh Rektor IAIN Surakarta Prof. Dr. H. Mudhofir, S.Ag., M.Pd. Dalam sambutannya, Rektor menyampaikan selamat kepada kedua Guru Besar atas jabatan yang telah diterima. Selain itu, rektor juga menyampaikan kesediaan kedua Guru Besar untuk terus mengabdi dalam rangka mengembangkan dan memajukan kampus IAIN Surakarta tercinta. Memasuki akhir acara, dilanjutkan dengan penutupan oleh Ketua Senat dan pembacaan doa oleh Dr. H. Riai Fu’adi, S.Ag., M.Ag. Setelah seluruh prosesi pengukuhan selesai, dilakukan foto bersama sekaligus ucapan selamat kepada Prof. Sujito dan Prof. Baidi.
(RKARW/WMM/MSI)