Surakarta – Program studi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta yang dulunya dibawah naungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tersebut pada tanggal 15 Februari kemarin adakan kegiatan Bincang Buku sejarah Urip Iku Urub. Kegiatan tersebut merupakan untaian persembahan 70 tahun Profesor Peter Carey. Beliau merupakan Fellow Emeritus of Trinity, Oxford Univ. dan Profesor Tamu FIB UI.  Selain itu, kegiatan akbar jurusan SPI tersebut sengaja mengundang Prof. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. (Guru Besar Sejarah UNS), R.M. Daradjadi Gondodiprojo (Sejarawan Pura Mangkunegaran), dan Martina Safitry, M.A. (Dosen SPI IAIN Surakarta). Ketiganya merupakan kontributor buku Urip Iku Urub. Akan tetapi narasumber R.M. Daradjadi Gondodiprojo berhalangan hadir saat itu dikarenakan sakit.

Kegiatan dihadiri juga oleh Dr. H. Giyoto, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta dan Dr. H. Muhammad Munadi, S.Pd., M.Pd., yang mewakili Rektor IAIN Surakarta. Keduanya berkesempatan memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Dekan FAB mewakili pihak Fakultas Adab dan Bahasa IAIN Surakarta mengucapkan terimakasih atas kehadiran ketiga narasumber dan seluruh tamu undangan maupun peserta kegiatan yang turut serta meramaikan acara Program Studi SPI tersebut. “Pihak fakultas sangatlah mengapresiasi kegiatan ini” tuturnya. Beliau menjelaskan bahwasannya kegiatan ini free. Kegiatan ini merupakan kegiatan sumbangan dari Prof. Peter Carey dan Prof. Hermanu dalam mewujudkan persejarahan di dunia. “Jenenge urip kui kudu urub, yen ora urub yo mati”, ucap beliau dihadapan seluruh peserta dan undangan yang hadir. “Sejarah yang benar tidaklah ada muatan tertentu tapi justru mampu menyadarkan kita akan arti hidup yang sesungguhnya,”lanjutnya.

Tak mau kalah dengan Dekan FAB, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan selain membuka acara, beliau juga turut serta memberikan sambutan. Sambutan beliau dimulai dengan mengingatkan ke seluruh peserta yang merupakan mahasiswa SPI IAIN Surakarta. “Hidup haruslah bermanfaat. Jika Peter Carey dengan tulisannya maka mahasiswa SPI dengan apa?”,ucap beliau disela-sela sambutannya. Dalam sambutannya, beliau berharap  mahasiswa SPI kelak mampu berbagi info sejarah. Mahasiswa SPI haruslah siap bermakna. “Ambillah ilmu sejarah dari sejarawan yang ada saat ini, hingga kalian mampu menggantikan sejarawan yang ada”, tutur beliau.

Sebelum acara Bincang Buku dimulai, Prof. Peter Carey, Prof. Hermanu, Dekan FAB, dan Wakil Rektor II IAIN Surakarta diajak untuk lakukan sesi potong tumpeng bersama. Hal tersebut dilakukan untuk mengapresiasi ulang tahun Prof. Peter Carey yang ke-70.

Dalam acara inti ini dimoderatori langsung oleh Ketua Jurusan SPI, Dr. Muh.Fajar Shodiq, M.Ag. Prof.Peter Carey membuka acara bincang buku dengan mengucapkan bahasa Jawa “Sugeng Rawuh”. Sontak seluruh peserta yang hadir di aula Graha IAIN Surakarta tersebut kaget. Wajah bule tapi bisa berbahasa jawa. Dengan logat bule-nya, Prof.Peter Carey berusaha lebih akrab dengan peserta dengan memperkenalkan dirinya ke seluruh peserta. Beliau berkata “Nama saya Peter Carey. Kalau orang jawa bilang ‘Carey’, keri ning ndi?”. Sontak candaan simple tersebut mengundang gelak tawa seluruh peserta dan undangan yang mendengarkannya. Profesor yang telah lama mengkaji Diponegoro tersebut dengan antusias menceritakan pengalamannya ketika belajar mengkaji sejarah selama beliau masih kuliah hingga sekarang. Beliau menceritakan beberapa tokoh yang menginspirasi beliau dari mulai Pangeran Diponegoro hingga Sultan Banten. Tak lupa juga beliau juga menceritakan kekaguman beliau kepada sosok Jokowi kecil yang hidup di daerah pinggiran. Menurut beliau, sejarah itu ada karena diambil oleh sejarawan amatir yang rela mengambil resiko dari sekecil apapun itu hingga resiko besar. Merujuk di zaman pra kolonial, kita bisa mengerti siapakah diri kita. Beliau sangatlah berharap bahwasannya IAIN Surakarta yang sebentar lagi jadi Universitas Islam Negeri Surakarta mampu memberikan sumbangan sejarah. Dengan itu maka akan ada sumbangan besar terhadap perkembangan sejarah islam di dunia.

Prof. Hermanu, sapaan akrab narasumber kedua dari kegiatan SPI ini, yang sekaligus merupakan Ketua Program Studi S3 Sejarah UNS tersebut menginformasikan terkait transformasi pembentukan kultuurvolk pembelajar dihadapan seluruh peserta Bincang Buku. Beliau menyebutkan bahwasannya anak yang hebat itu terlahir dari jalur keluarga ibu. Bukan bermaksud merendahkan sosok ‘Bapak’. Beliau berkeyakinan bahwasannya Ibu yang tangguh, cerdas akan melahirkan sosok anak yang tangguh dan cerdas pula. Hal itu sudah beliau amati sebelumnya. Bermula dari itu, beliau turut menceritakan sosok penginspirasi yang mampu menginspirasi beliau hingga terciptalah buku Urip Iku Urub tersebut. Beliau membongkar bahwasannya buku Urib Iku Urub tersebut dikarenakan sosok inspiratif, Pangeran Diponegoro yang terus dikaji ilmu nya dari berbagai lini baik sosial politik budaya dan ekonomi.

Kurang lebih 200 orang mengikuti kegiatan Program Studi Sejarah Peradaban Islam FAB IAIN Surakarta. Menurut Ketua Jurusan SPI FAB, Dr. Muh. Fajar Shodiq, M.Ag., kegiatan SPI kali ini dirasa sangat berhasil pelaksanaannya. “Ini terbukti dengan penjualan buku yang dilakukan pihak Gramedia tersebut ludes, terjual habis. Alhamdulillah“, begitu ujar beliau ketika ditemui usai acara.