Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) merupakan pergantian nama Fakultas Tarbiyah dan Bahasa sudah berusia 4 tahun berjalan.. Fakultas ini evolusi awal dari Jurusan Tarbiyah yang mulai operasional tahun 1997 dan Jurusan Bahasa dan Sastra mulai operasional tahun 2003. Perkembangannya sangat pesat terutama dilihat dari sisi kuantitas dosen dan mahasiswanya. Perkembangannya berasal dari penambahan jumlah jurusan/program studinya. Awalnya di Jurusan Tarbiyah hanya ada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) bertambah menjadi Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Jurusan Bahasa dan Sastra berawal hanya jurusan Sastra Inggris bertambah jurusan PBI. Pertumbuhan jumlah Doktor (lulus strata 3) semakin hari juga semakin bertambah di FITK. Berawal dari jumlah 3 Doktor sekarang telah bertambah menjadi 10 orang. Gambarannya sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Jumlah Doktor di FITK

Jurusan Jumlah % Lulus Doktor % Total Dosen
PAI 6 46,15385 10,71429
PBA 1 7,692308 1,785714
SSI 0 0 0
PBI 3 23,07692 5,357143
PGRA 2 15,38462 3,571429
PGMI 1 7,692308 1,785714
13

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah tertinggi yang bergelar doktor adalah jurusan PAI, disusul PGRA, PBI, PGMI dan PBA. Sedangkan jumlah doktor yang tidak ada terjadi pada jurusan Sastra Inggris. Jumlah di atas akan semakin bertambah dikarenakan dosen FITK yang masih kuliah dan proses penyelesaian di strata 3 terbilang banyak. Tabel di bawah ini menunjukkannya:

Tabel 2. Distibusi Jumlah Dosen Yang Sedang Kuliah Strata 3

Jurusan Jumlah % Kuliah Doktor % Total Dosen
PAI 7 33,33333 12,5
PBA 8 38,09524 14,28571
SSI 1 4,761905 1,785714
PBI 2 9,52381 3,571429
PGRA 2 9,52381 3,571429
PGMI 1 4,761905 1,785714
21

Prosentase dosen FITK yang sedang menyelesaikan proses strata 3 terbanyak terjadi di Jurusan PBA,disusul PAI, PGRA, PBI, SSI dan PGMI.

Dua tabel di atas memang belum ideal dikarenakan hanya 23,21% dari total dosen yang lulus strata 3 dan masih 37,5% yang sedang menempuh strata 3, sementara masih 39,3% yang sama sekali belum kuliah strata 3. Prosentase yang belum kuliah ini masih ada optimisme untuk segera tuntas 100% dosen kuliah strata 3 jika mereka semua mengikuti Program 5000 Doktor yang dicanangkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Islam.

Namun pesimisme masih ada ketika dilacak linieritas dosen yang kuliah strata 3. Jika linieritas dipandang dari sudut kajian keilmuan pendidikan atau ilmu kebahasaan masih aman di jurusan pendidikan ataupun kebahasaan. Akan tetapi jika dilihat dari sudut ke-prodi-an sesuai home-based dosen maka sangat lemah posisi kekuatan jurusan.

Problem Linieritas

Program 5000 Doktor yang dicanangkan oleh Direktorat Diktis perlu diantisipasi oleh FITK untuk menjaga linieritas pengambilan program studi oleh dosen di strata 3 sesuai dengan home-based-nya. Hal ini untuk memperkuat akreditasi pada masing-masing jurusan di FITK. Kalaupun tidak linier, minimal pimpinan FITK harus bersiap mengembangkan atau mendiversifikasikan jurusan yang sudah ada disesuaikan dengan pengambilan strata 3 para dosen. Ataupun kalau tidak, FITK perlu memetakan pendirian jenjang strata 2 atau 3 yang akan dikembangkan di IAIN Surakarta. Hal ini dilakukan agar dosen masih bisa mengembangkan ilmunya.

Agenda Pemberdayaan

IAIN Surakarta yang berusia lebih dari 13 tahun ternyata baru memiliki 2 guru besar dan baru saja bertambah 1 orang di tahun 2014. Jumlah ini tidak berimbang dengan jumlah fakultasnya. Dua guru besar berasal dari FITK dan satu orang berasal dari Fakultas Ushuluddin dan Dakwah. Macetnya penambahan guru besar di FITK khususnya dan IAIN Surakarta pada umumnya merupakan agenda yang harus menjadi skala prioritas para pimpinan. Para pimpinan harus duduk satu meja dari semua unsur institut dan fakultas serta unsur struktural, agar “booming” doktor bisa menjadi berkah bagi pengembangan lembaga.

Penguatan Produktivitas Karya Ilmiah. Para doktor dipacu untuk menulis karya ilmiah dengan disediakan ruangan khusus (satu dosen satu ruang dengan ukuran kurang lebih 2×2 m2) di perpustakaan pusat ataupun fakultas. Mereka “bertapa” di luar jam kuliah untuk mengembangkan gagasan ilmiah secara rutin. Karya yang wajib ditulis adalah buku teks berbahasa Indonesia atau asing dengan program one lecturer one book per semester. Kalaupun buku teks tidak terpenuhi program penggantinya adalaah one lecturer one scientific article per semester. Selesai menulis dipaparkan dulu pada diskusi konsorsium di fakultas masing-masing. Setelah final baru ditawarkan di penerbit atau jurnal luar kampus yang terakreditasi.

Magang Profesor. Agenda ini para doktor magang untuk berguru dengan para guru besar yang ada di IAIN Surakarta maupun di luar lembaga baik dalam maupun luar negeri dalam rangka memacu produktivitas publikasi ilmiah internasional. Magang ini memanfaatkan MOU yang sudah ditandatangani oleh pimpinan selama ini agar ada keberlanjutan tindakan positif sehingga bisa menambah perluasan kerjasama.

Riset Luar Negeri. Riset yang selama ini ada sudah bagus dilihat dari wilayah tempat penelitian yang berada di luar negeri. Yang pelu dipertimbangkan adalah waktu penelitian yang harus ditambah dan hasil penelitian dijadikan artikel yang harus diterbitkan pada jurnal dimana penelitian dilakukan. Jika penelitian dilakukan di Hongkong University (HKU) umpamanya, maka artikel penelitiannya harus dimuat di jurnal milik HKU.

On-Line-isasi Publikasi Ilmiah. Dosen bergelar doktor ataupun yang sedang strata 3 dipacu untuk menulis di dunia maya atau minimal karya ilmiah di-unggah di dunia maya. Misal di-unggah di Academia.edu, google schoolar, google cendekia, atau yang paling ringan di kompasiana.com atau web IAIN Surakarta atau sub domain di masing-masing fakultas. Langkah lain yang cukup strategis, IAIN Surakarta atau fakultas segera memulai e-journal sehingga bisa diakses oleh setiap orang di dunia maya.

Kolaborasi Riset. Agenda ini bisa dengan model: Guru Besar – Doktor, Doktor-Doktor, Doktor – Dosen yang sedang Strata 3, Guru Besar – Dosen yang sedang Strata 3, Doktor – mahasiswa Pasca Sarjana di dalam maupun luar negeri. Kolaborasi riset ini memungkinkan jika ada iklim kesetaraan antar mereka.

Professor/Doctor Goes To Madrasa/School. Program ini diwajibkan pada semua dosen bergelar doktor atau guru besar untuk mengajar di madrasah/sekolah. Hal ini untuk memotivasi para guru belajar yang lebih tinggi dan studi lanjut ke jenjang lebih tinggi. Disamping itu profesor dan doktor bisa mendampingi penulisan karya ilmiah/artikel penelitian/penulisan laporan penelitian bagi para guru.

Pemberdayaan yang dipaparkan di atas dimaksudkan menambah daya saing perguruan tinggi. Membangun keunggulan sebuah organisasi di dalam situasi persaingan yang sedemikian tinggi, mengharuskan para pelaku menemukan strategi yang lebih sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan persaingan. Strategi seyogyanya dibangun atas dasar pemahaman yang komprehensif mengenai asset atau sumber daya apa yang tepat digunakan organisasi bila ingin unggul. Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigm mengenai sumber daya yang mampu mengantar organisasi menjadi unggul. Organisasi yang unggul tidak harus semata-mata bertumpu pada sumber daya financial, bangunan, tanah, teknologi, posisi pasar, dan asset-aset yang bersifat tangible lainnya, tetapi justru harus lebih bertumpu pada asset pengetahuan (intangible). Karena hanya pengetahuan yang memiliki kriteria increasing return, dan not additive, yang merupakan karakteristik sumber daya yang memiliki keunggulan stratejik. Disinilah organisasi harus melihat kembali aset pengetahuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia yang ada atau dengan kata lain pengelolaan pengetahuan.

Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan satu pendekatan yang bertumpu pada pemahaman bahwa tugas organisasi, yaitu memahami dengan baik bagaimana dan kapan penciptaan pengetahuan harus didukung, bagaimana menggunakan akumulasi pengetahuan yang sudah tercipta sehingga pengetahuan tersebut dapat meningkatkan produktivitas, memahami apa itu pengetahuan, bagaimana diciptakan dan digunakan, apa nilai dari suatu pengetahuan, bagaimana gaya manajemen yang berbasis pengetahuan, memahami kaitan antara pengetahuan dan tingkat motivasi organisasi.

the basic economic resource is no longer capital, nor natural resources, not labor. It is and will be knowledge (Peter Drucker). Peter Drucker menyatakan bahwa perubahan dunia ini mengarah ke fenomena bahwa sumber ekonomi bukan lagi dalam bentuk money capital atau sumber daya alam, tapi kearah knowledge capital. Justru karena knowledge atau pengetahuan ini kedepannya memegang peranan penting, karena itu harus kita kelola.

Organisasi perlu mengelola pengetahuan anggotanya di segala level untuk :

  1. Mengetahui kekuatan (dan penempatan) seluruh SDM
  2. Penggunaan kembali pengetahuan yang sudah ada (ditemukan) atau tidak perlu mengulang proses kegagalan
  3. Mempercepat proses penciptaan pengetahuan baru dari pengetahuan yang ada
  4. Menjaga pergerakan organisasi tetap stabil meskipun terjadi arus keluar-masuk SDM

Agenda-agenda di atas bisa segera terealisir jika tidak hanya diwacanakan saja, tetapi juga harus masuk di rencana anggaran kegiatan baik di fakultas maupun di institut plus juga seusai dengan peraturan menteri keuangan atau menteri terkait. Tanpa itu semua, Wallahu a’lam. – Muh. Munadi-